Friday 19 September 2008

Hidup Ini Bagaikan Roda

Tadi pagi gue nelepon nyokap gue di Jakarta. Yah..nanya2 kabar aja. Gue selalu nelpon ortu dan mertua gue seminggu sekali. Bahannya cuma info mereka keadaan cucunya dan sedikit2 curhat. Hehehe...

Nah..nyokap gue sharing tentang bahan persekutuan wanita di gerejanya minggu lalu. Themanya tentang anak. Jadi si pembicara ngejelasin kalo anak2 itu harus dibiarkan mandiri supaya bisa kuat. Dan dia mencontohkan keadaan sekarang yang tiap anak punya baby-sitter masing2. Di istilahkannya sebagai selir. Hehehe.. Kalo di keluarganya punya 3 anak, yah..3 selir lah..si keluarga itu punya. Si anak menjadi sangat bergantung dan ga mandiri karena semuanya akan selalu disediakan oleh selirnya itu, khan? Nah..pertanyaan timbul gimana saat si anak memasuki usia sekolah karena si selir ga boleh masuk kelas, khan? Trus...saat dia dewasa dimana segalanya adalah pertempuran satu lawan satu? Kalah, khan?

Muncul kemudian istilah 'hidup ini bagaikan roda'. Satu saat kita berada di atas. Dapat memenuhi segala sesuatu yang kita inginkan. Out of love, anak pun disediakan selir. Baik itu karena trend atau karena kita ga punya waktu ngurusin sendiri karena arisan ato sibuk kerja. Si anak tumbuh menjadi anak pembantu, manja, dan taunya cuma diurusin. Ga mampu mandiri. Setelah besar...kalah bersaing dengan anak2 yang memang diajarkan untuk mampu berjuang sendiri. Dan hidupnya yang di atas menjadi bertukar posisi. Dan hidup berulang kembali...

Gue sadar banget ttg prinsip ini. Makanya gue ga mau ikut campur dengan urusan anak2 gue di sekolah. Gue selalu mendukung guru2 anak gue, jarang2 komplen kecuali kalo udah keterlaluan dan prinsipil. Kalo mereka dihukum karena kelalaian, gue selalu menerimanya dengan lapang dada. Kalo mereka ga ngerjain pe-er, gue akan antar mereka sendiri langsung ke gurunya untuk minta maaf dan menerima hukuman. Gue tahu ga ada kegagalan dan kekalahan yang tidak ada manfaatnya.

Sama seperti saat pertama pindah ke Australia. Anak2 gue bilang kalo mereka ga mau diturunkan kelasnya kalo pindah ke sini. Gue berusaha mempertahankan level mereka ke kepala sekolah mereka masing2. Meminta supaya mereka dimasukkan ke level yang sama karena mereka layak untuk itu. Dan disetujui.. Gue kemudian bilang ke anak2 gue, kalo gue sudah ngelakuin bagian gue, sekarang giliran mereka harus berjuang untuk membuktikan kalau apa yang gue perjuangkan untuk mereka betul2 benar adanya. Gue katakan semua itu untuk mereka bahwa life is not always easy.

Yah...mudah2an mereka ngerti dan nangkap maksud gue. Hidup mereka masih panjang dan mungkin perjuangan mereka akan lebih berat karena dunia sekarang semakin kecil. But life is something worth to live in, just believe that Someone Greatest is always watching over you. Always..

No comments: